Senin, 28 Oktober 2013

29 Oktober 2013

tiba-tiba pikiran itu terlintas lagi.
Radit dan Jani. Aya dan Azam (Para Pencari Tuhan).
entah kenapa aku merasa kisah antara aku dan kamu akan seperti dua kisah cinta di atas. 
jika dipisahkan akan seperti Radit dan Jani. dari luar terlihat mereka memang lebih baik setelah berpisah dan hidup masing-masing. namun siapa yang tahu ternyata ada rindu di sana. ada rindu yang amat dalam antara keduanya. rindu yang harus selalu dipendam dan hanya bisa disalurkan lewat lelehan air mata. 
jika dilanjutkan untuk terus bersama akan seperti Aya dan Azam. sama saja seperti Radit dan Jani, hanya terlihat apik dari luarnya saja ketika mereka akhirnya bisa bersatu setelah melewati berbagai godaan. namun di tengah kehidupan rumah tangga mereka, ada segumpal rasa tidak nyaman. alasannya karena satu hal: orang ketiga. Aya jadi malas memberikan kelembutannya kepada Azam. yang terlihat hanya Aya yang keras kepala, tangguh, dan mandiri. padahal sebenarnya Aya sangat mencintai Azam. Aya hanya merasa ia tidak pantas menunjukkan cintanya kepada Azam ketika ada wanita lain di hati Azam. tidak adil memang. lagi-lagi, cinta hanya bisa tersalurkan lewat lelehan air mata. 
ah. dua-duanya sama-sama membuat sesak. menjadi Jani atau Aya? aku tidak mau jadi kedua-duanya. 

Jumat, 25 Oktober 2013

25 Oktober 2013

"dia gak akan pernah lupain kamu... kamu percaya aja sama dia. dia bukannya lupa, dia hanya sedang teralihkan. sifat orang gak akan pernah berubah. sekarang hanya pola pikirnya saja yang berubah. dan kamu kaget dengan semua perubahannya karena selama empat bulan ini kamu tidak bersamanya, kamu tidak mendampingi perubahannya. dia begitu bukan berarti dia tidak menginginkanmu. walaupun kalian berbeda, tapi aku yakin kalian punya tujuan yang sama. dia juga pasti punya tujuan untuk bareng-bareng sama kamu suatu hari nanti."

"kalau memang dia ada niat serius sama kamu, seharusnya dia menunjukkan keseriusannya dari sekarang, tidak usah menunggu nanti. kalau dia serius sama kamu, rasanya tidak pantas kalau dia bilang kamu boleh menjalin hubungan dengan laki-laki lain selama belum menikah dengannya. itu sama saja mengajarimu berbuat jahat pada orang lain. mungkin biarkan dia dulu untuk saat ini..."

"ibarat kita ditanya "mau nggak?", kita jawab "mau... tapi kalau gak dikasih juga gak apa-apa kok", mungkin dia sedang seperti itu. sebenarnya dia menginginkanmu, tapi dia sedang berada di titik takut tidak bisa mendampingimu. seperti ketakutanmu dulu padanya 'daripada membebaninya, lebih baik berpisah'. mungkin dia juga sedang seperti itu."

"dia galau, dia tegang."

"pertanyaannya sekarang, kamu mau nggak nungguin dia? kalau kamu mau, ya sudah, semuanya selesai. sekarang semuanya ada di kamu."

Dung, aku hanya ingin memanggilmu Dung...... :'(

Minggu, 06 Oktober 2013

6 Oktober 2013

hey, Dung... apa kabar?
Dung, hatiku saat ini masih tak karuan. amat melankolis. saking melankolisnya, mataku berkaca-kaca. hatiku berdebar kencang saat membaca chat dari seseorang. mungkin basa-basi. tapiii....

Dung, akhirnya aku tahu, di dunia ini memang ada orang yang seperti kamu. mengalir mengikuti arus, hingga terkadang hanyut terbawa arus. tidak punya muara yang pasti. hidup bagaimana besok. cita-citanya entah ingin menjadi apa. 
seseorang menyadarkanku. seseorang menceritakan orang yang dicintainya pun demikian, sama sepertimu. mencintai apa yang dia kerjakan. menjadikan apa yang dia kerjakan sebagai cita-citanya. penuh loyalitas pada pekerjaan. rela meninggalkan orang-orang tercinta demi loyalitasnya.
sama, Dung.

temanku juga berkata seperti ini, "mungkin seperti Kotoko dalam drama Itazura Na Kiss, dia tidak punya cita-cita yang jelas. cita-citanya itu ya justru adalah Irie Naoki. ketika dia bisa bersama Naoki, bisa menemani Naoki hingga sukses, ya itu lah cita-citanya. mungkin kamu perlu orang seperti Kotoko agar bisa mengimbangimu dengan segala mimpi-mimpi besarmu."
iya ya... temanku benar.

dan ternyata orang itu bisa sukses. sukses tanpa cita-cita yang tersusun rapi dalam pikiran dan hati sepertiku. hmm... hebat juga yaa ternyata orang seperti itu... meski kadang menjengkelkan dan masih sulit diterima oleh nalarku, tapi setidaknya kini aku bisa mengerti. orang sepertimu memang ada.
aku beruntung dalam kesendirianku ini. aku jadi banyak belajar.
bagaimana denganmu?

ah. sepertinya aku rindu.